Tanjungbarang, 22 Oktober 2025 — Di tengah langit yang menggantungkan janji hujan, suasana di Kampung Palawija, yang berlokasi di RT.001 RW.003 Desa Tanjungbarang justru memancarkan kehangatan yang luar biasa. Bukan panas matahari yang menyengat, melainkan nyala semangat gotong royong yang tak terpadamkan. Pada hari Rabu yang mendung ini, warga berbondong-bondong turun ke jalan untuk sebuah misi penting: pengecoran jalan menuju Tempat Pemakaman Umum (TPU) Sembah Raden.
Sejak pagi, meski awan kelabu menaungi, puluhan warga sudah siap dengan cangkul, sekop, dan artco. Udara dingin dan lembap, pertanda sebentar lagi rintik akan turun, sama sekali tidak menyurutkan langkah mereka. Justru, kondisi cuaca yang “kurang bersahabat” ini seolah menjadi tantangan tersendiri untuk membuktikan bahwa kekompakan masyarakat jauh lebih kuat daripada rintangan alam.
Pembangunan infrastruktur ini memang sangat dinantikan. Jalan akses sepanjang 180 meter, dengan lebar 1,5 meter dan ketebalan cor 0,12 meter, akan menjadi urat nadi yang lebih layak menuju peristirahatan terakhir para leluhur. TPU Sembah Raden adalah bagian tak terpisahkan dari sejarah dan kehidupan warga Palawija, dan jalan yang kokoh adalah bentuk penghormatan sekaligus mempermudah akses bagi peziarah.
Pembanguan ini didanai oleh Dana Desa Tahap II Tahun 2025 dengan total anggaran sebesar Rp. 36.250.000,- (termasuk PPN & PPH), sebuah bukti nyata bahwa dana desa dimanfaatkan secara optimal untuk kepentingan bersama. Pelaksanaan kegiatan ini PPKD Desa Tanjungbarang, dengan target waktu pengerjaan selama 10 Hari Kalender Kerja.
Di lokasi Kp. Palawija yang penuh dengan tawa renyah berbaur dengan cangkul pengaduk semen. Kaum bapak mengayunkan sekop dengan cekatan, memindahkan adukan beton dari wadah adukan (dolak cor) ke sepanjang jalur yang sudah dipersiapkan. Sementara itu, ibu-ibu juga dengan sigap tidak mau kalah mengangkut adukan dan sebagian menyiapkan minuman seadanya, memberikan energi tambahan bagi para pekerja. Inilah esensi sejati dari gotong royong: pembagian peran yang alami, di mana setiap tangan dan setiap hati berkontribusi.
“Hujan atau panas, kalau sudah niat membangun desa, tidak ada alasan untuk berhenti,” ujar bapak Tente selaku Ketua RT.001 sambil menyeka keringat di dahinya, padahal udara sedang sejuk. “Jalan ini bukan hanya untuk kita yang hidup, tapi juga sebagai jalan penghormatan. Apalagi ini dananya dari desa, kita harus tunjukkan bahwa uang rakyat bisa menghasilkan karya nyata dengan partisipasi rakyat.”
Momen pengecoran di bawah langit mendung bukan sekadar proses pembangunan fisik. Ia adalah metafora dari perjuangan dan harapan. Setiap adukan semen yang dituang, setiap getaran alat pemadat yang bekerja, adalah simbol bahwa di tengah segala keterbatasan—termasuk cuaca—masyarakat Kampung Palawija bersatu padu, mengikat janji untuk kemajuan.
Jika 10 hari ke depan cuaca berpihak, jalan cor ini akan berdiri tegak, memotong jarak dan kesulitan. Namun, terlepas dari hasil akhir, hari ini, 22 Oktober 2025, telah menjadi catatan emas. Ia membuktikan bahwa di era modern, tradisi luhur gotong royong masih menjadi fondasi terkuat yang membuat Kampung Palawija tidak hanya berdiri, tetapi juga maju bersama, selangkah demi selangkah, semen demi semen, mengukir persatuan di bawah naungan mendung.
https://shorturl.fm/RWeLZ