Tanjungbarang, 28 September 2025 – Pagi itu, udara di Kampung Kadu, RT.006 RW.002, Desa Tanjungbarang, terasa penuh gairah, jauh dari kesan sunyi sebuah kawasan pemakaman. Bukannya suara duka, yang terdengar adalah derap langkah kaki, tawa, dan gemuruh semangat yang murni. Warga Kp. Kadu sedang berjuang bahu-membahu dalam tradisi luhur yang mulai jarang: kerja bakti gotong royong untuk pembangunan jalan di Tempat Pemakaman Umum (TPU) Bagor.
Titik fokusnya bukan hanya pada cangkul atau sekop, melainkan pada tumpukan batu-batu besar yang harus diangkut dari satu titik ke titik lain. Batu-batu ini adalah “fondasi harapan,” material keras yang akan mengubah jalan setapak yang sebelumnya becek dan sulit dilalui, menjadi akses yang layak bagi peziarah dan warga yang berduka.
Di tengah hiruk pikuk angkut-mengangkut, ada satu sosok yang tak pernah berhenti bergerak dan bersuara: Bapak Ajat Sudrajat, yang akrab disapa Aples. Beliau bukan hanya memimpin, tapi menjadi motor penggerak sejati.
Dengan topi lusuh dan keringat yang membasahi kaosnya, Bapak Aples terus berkeliling, memantau, dan yang paling penting, memberikan motivasi.
“Ayo, Jangan kasih kendor! Ini batu terakhir untuk sesi ini, anggap saja ini adalah amal jariyah kita yang paling berat!” serunya, disusul tawa renyah dari para Bapak-Bapak yang sudah lanjut usia.
Bagi warga, Bapak Aples adalah simbol dari ketekunan. Beliau tahu betul, mengangkat batu bukanlah pekerjaan ringan. Namun, motivasi yang beliau berikan seolah punya energi magis. Ia mengubah rasa lelah menjadi rasa bangga, dan beban fisik menjadi tanggung jawab bersama. Setiap lelah terbayar lunas ketika sebongkah batu berhasil diletakkan di tempatnya.
Gotong royong ini adalah potret nyata bahwa nilai-nilai kebersamaan masih berakar kuat. Di tengah modernitas, warga Kp. Kadu memilih untuk menyingsingkan lengan baju, mengabaikan status sosial, dan bersepakat bahwa infrastruktur bersama adalah urusan bersama.
Pembangunan jalan menuju TPU Bagor ini bukan sekadar urusan akses fisik. Ini adalah:
- Wujud Penghormatan: Jalan yang baik menunjukkan penghormatan kepada mereka yang telah mendahului dan mempermudah keluarga yang ingin berziarah.
- Simbol Persatuan: Setiap batu yang terangkut adalah bukti persatuan, bahwa satu kekuatan kolektif jauh lebih besar dari seribu kesulitan individu.
- Investasi Kebaikan: Bagi banyak warga, kegiatan ini adalah cara termudah dan paling nyata untuk berinvestasi dalam kebaikan komunitas.
Ketika matahari mulai meninggi dan batupun mulai menumpuk, terlihat jelas garis-garis jalan akan mulai terbentuk. Pekerjaan memang belum usai, namun fondasinya akan segera kokoh, dibangun bukan hanya oleh semen dan pasir, tetapi oleh semangat gotong royong yang tak akan pernah pecah oleh waktu yang dipimpin oleh sang motivator lapangan, Bapak Ajat Sudrajat (Aples).
#Mereka membuktikan, di Kp. Kadu, nilai-nilai persatuan itu masih seberat dan sekokoh batu yang mereka angkut pada hari itu.
0 Komentar