Tanjungbarang, 01 Oktober 2025 – Siapa bilang Posyandu hanya tentang timbangan dan imunisasi? Di berbagai sudut desa dan kelurahan, Posyandu kini bertransformasi menjadi lebih dari sekadar pusat kesehatan ibu dan anak. Berkat sentuhan kreatif para Kader Kampung KB, pekarangan yang tadinya kosong kini berubah menjadi “Dapur Hidup” yang subur, bersemi dengan tanaman yang tak hanya indah dipandang, tapi juga kaya gizi.
Inilah kisah tentang bagaimana semangat gotong royong dan kecintaan pada kesehatan telah menyulap lahan sempit menjadi sumber pangan mandiri, dengan tiga bintang utama: cabai, terong, dan leunca!
Kegiatan pemanfaatan pekarangan Posyandu ini bukan sekadar hobi berkebun. Ada filosofi mendalam di balik penanaman cabai, terong, dan leunca. Ketiga tanaman ini dipilih karena beberapa alasan strategis:
1. Cabai: Si Pedas Peningkat Imunitas
Bukan hanya pelengkap sambal, cabai kaya akan Vitamin C yang esensial untuk menjaga daya tahan tubuh, terutama bagi ibu dan anak. Dengan menanam cabai sendiri, ketersediaan bumbu dapur yang harganya seringkali melambung tinggi bisa terjamin, mengurangi beban pengeluaran rumah tangga.
2. Terong: Sumber Serat dan Antioksidan
Terong, dengan warna ungu yang cantik, adalah sumber serat yang baik untuk pencernaan dan mengandung antioksidan yang melindungi sel tubuh. Tanaman ini mudah dirawat dan panennya relatif cepat, menjadikannya pilihan praktis sebagai asupan sayur harian.
3. Leunca: Mutiara Hitam Lokal Kaya Manfaat
Leunca (atau ranti) mungkin sedikit terlupakan, padahal buah hitam mungil ini merupakan harta karun gizi lokal. Sering digunakan dalam masakan Sunda, leunca mengandung zat yang dipercaya memiliki sifat anti-inflamasi. Memanfaatkan leunca adalah bentuk pelestarian pangan lokal yang bernilai tinggi.
Pekarangan Posyandu: Laboratorium Belajar dan Ketahanan Pangan
Di bawah bimbingan dan inisiatif Kader Kampung KB, kegiatan ini menjelma menjadi program multifungsi:
Pekarangan ini menjadi tempat belajar yang interaktif. Saat menimbang balita, ibu-ibu bisa langsung melihat dan belajar cara menanam sayuran yang akan mereka konsumsi. Ini adalah cara yang sangat efektif untuk mengajarkan konsep “dari kebun ke meja makan” (atau farm-to-table). Kader dapat langsung mendemonstrasikan bagaimana sayuran segar berkorelasi dengan tumbuh kembang optimal anak.
Hasil panen dari pekarangan Posyandu tidak hanya dinikmati bersama. Yang lebih penting, pekarangan ini berfungsi sebagai model percontohan. Para ibu diajak untuk meniru cara menanam yang sama di pekarangan atau bahkan pot kecil di rumah masing-masing. Tujuannya jelas: setiap keluarga harus memiliki sumber gizi segar yang mudah diakses, sebagai pilar ketahanan pangan keluarga.
Menanam bersama adalah kegiatan yang membangun. Para kader dan warga bahu-membahu menyiapkan media tanam, menyiram, dan memanen. Kegiatan ini menjadi ajang silaturahmi yang produktif, memperkuat ikatan sosial dan semangat gotong royong yang menjadi ciri khas Kampung KB.
Memanfaatkan lahan Posyandu untuk menanam cabai, terong, dan leunca adalah sebuah inovasi cerdas. Ini bukan hanya tentang menanam sayuran; ini adalah tentang menanam harapan, menanam kemandirian gizi, dan menanam masa depan yang lebih sehat bagi generasi penerus di kampung kita.
https://shorturl.fm/Fzxbn